Thursday, April 15, 2010

Bab 2 Efek Bisnis Cendana

Jakarta, Kilas balik tahun 1992, pendidikan di STM Telkom dimulai pukul 07.00 wib dan selesai 16:00 wib. Sekolah pertama di Indonesia 8 jam sehari tanpa asrama. Walau STM, seluruh mata pelajaran SMA diberikan, kecuali biologi. Bahkan kita lahap hanya 5 semester. Sisa satu semester diisi pelajaran teknik telekomunikasi dan magang serta main biliard.. hehehe.. Nyesel juga ngak dapat biologi, jadi ngak tahu anatomi tubuh, uda gitu mayoritas cowo. Oh ya, foto dipojok atas kanan gambar Alm. Pak Cacuk Sudarijanto.

Setiap hari, istirahat pukul 12.00 - 13.30 wib. Kita mendapat jatah makan siang dari PT. Telkom. Bersyukur bisa bersekolah di STM Telkom yang tingkat persaingannya tinggi dan memiliki siswa otak encer kecuali gue agak kental. Bangga luar biasa, perasaan yang dimiliki setiap siswa. Para pengajarnya pun bukan guru biasa, tetapi diseleksi sangat ketat dan melalui beberapa test. Petinggi PT. Telkom, kepala divisi regional, terjun langsung memantau sistem pendidikan STM Telkom (itu jika sempat, gue tulis biar lebih keren aja sekolah ini didatangi pejabat, ngak tahu dimana mereka sekarang)

Disaat semangat belajar yang tinggi, 3 bulan kita sudah belajar, tiba-tiba di surat kabar nasional bulan Oktober 1992 muncul berita Bapak Cacuk Sudarijanto Direktur Utama PT. Telkom diganti. Entah apa yang terjadi, usia kami baru belasan tahun. Kami tidak mengenal politik atau apapun itu tentang tender. Yang kami tahu, semua ini berhubungan dengan KELUARGA CENDANA. Sejak itu, tertanam cita-cita untuk menurunkan Presiden Soeharto. 6 tahun kemudian, tahun 1998, Soeharto jatuh, semoga jasa gue kelak dicatat sejarah. Ngayal deh gue.

Bapak Setyanto P. Santosa dipilih menjadi Direktur Utama PT. Telkom. Dengan latar belakang sarjana ekonomi, maka kebijakannya adalah efisien. Imbasnya sekolah kami juga terkena efisiensi, misalnya makan siang yang tidak ada lagi. Rasa bangga berubah menjadi kekuatiran bagaimana nasib kami siswa STM Telkom. Tetapi kita punya kepala sekolah yang luar biasa, Bapak Asep, selalu memotivasi kami untuk tetap belajar dengan sunguh-sungguh, mengingatkan harapan orang tua dipundak kami. Tapi tetap saja, kata "EFISIENSI" menjadi mimpi buruk gue sampai saat ini.

Tahun 1995, kami angkatan pertama diwisuda, yang menyedihkan PT. Telkom tidak merekrut kami, justru pertama merekrut kami adalah PT. Indosat. 40 siswa meluncur ke PT. Indosat. Saat itu diotak kami, dunia telekomuniasi adalah PT. Telkom dan PT. Indosat. PT. Telkomsel baru launching, dan pengetahuan kami belum mendalam tentang dunia seluler yang akan mengubah wajah dunia telekomunikasi masa datang. Beberapa siswa di terima di PT. Ratelindo (sekarang bakrie telcom), PT. Komselindo (sekarang fren), PT. Lintasarta dan beberapa perusahaan bidang PABX, beberapa siswa melanjut kuliah. Tragisnya gue ngak diterima dimana-mana, gagal test psikotes, gagal wawancara, gagal ngisi form bahasa inggris.. hehehe.. pasti kalian yang baca nyukurin deh.

Perusahaan telco terus tumbuh dan masuk Indonesia, PT. Motorola, PT. Ericsson, PT. Nokia, PT. Siemens, PT. Huawei, PT. ZTE, beberapa operator telco PT. XL, PT. Axis, PT. HCPT, Smart, Ceria, beberapa vendor lainnya, kami menjadi bagian dari itu, pakai kata 'KAMI' biar kesannya gue terlibat, padahal nngak. Terimakasih untuk visi dan misi dari alm. Bapak Cacuk Sudarijanto. Rest in peace.

Maaf ya jika ada nama vendor atau perusahaan yang belum disebut, jika ada yang mau nambahin silahkan. Untuk adik kelas, jangan pernah rendah diri jika tidak diterima di operator telco. Mulai dari perusahaan kecil dan sederhana untuk mencapai puncak kelak.. hehehe.. Ingat lagu Bondan "Ya sudahlahhhh.. Apapun yang terjadi ku 'kan selalu ada untuk mu".