Sunday, December 25, 2011

Bab 21 "Bersinar seperti Bintang"

Bandung, tanggal 16 Desember 2011 yang lalu saya cuti. Tepatnya hari jumat, dalam rangka menghadiri perayaan natal sekolah minggu Gereja Kristen Pasundan Kebon Jati Bandung. Anak tercinta kami Serafina berusia 3 tahun akan tampil menyanyi dengan judul "ku punya berita"

Pukul 4 sore, saya, istri dan Serafina tiba di GKP Kebon Jati. Udara dingin dan cuaca mendung menyelimuti kota Bandung. Suasana halaman gereja sudah ramai oleh guru-guru sekolah minggu yang menyambut anak-anak dan orang tua dengan meja sederhana untuk pengisian buku tamu. Demikian juga para orang tua yang menggandeng anak-anak dan menggendong balita. Beberapa anak yang lain berlari kesana kemari.

Serafina menggunakan baju berwarna hijau, saya dan istri menggunakan baju berwarna putih. Warna baju ini ternyata berhubungan dengan tema perayaan natal tahun ini "Bersinar Seperti Bintang". Balita bintang hijau, anak SD bintang merah dan biru, anak SMP bintang kuning, guru-guru sekolah minggu bintang ungu dan orang tua bintang putih.

Serafina dan teman-temannya tampil di awal perayaan natal. Gerak kaki ke kiri dan ke kanan, tangan ke atas. Diperayaan natal tersebut, anak-anak sekolah minggu bernyanyi, membaca puisi, menari dan drama. Mereka menjadi bintang-bintang kecil yang mewarnai hati kami.Gedung gereja peninggalan Belanda yang masuk cagar budaya yang dilindungi pemkot Bandung menjadi beranda bintang-bintang kecil.

Diantara tiang gereja yang berusia puluhan tahun dan keaslian bangunan gereja yang tidak boleh diubah, ada drama yang dilakukan oleh anak-anak sekolah minggu kelompok SD dan SMP. Dua kelompok diiringi musik melakukan "battle dancing", mereka saling bersaing. Kami yang menyaksikan tertawa dengan kelucuan yang tercipta, ada anak yang gagal melakukan putaran dengan poros kepala, sepertinya dia juga ragu-ragu. Di akhir drama seorang guru sekolah minggu berkata :

"Menjadi bintang tidak harus menjadi juara. Menjadi bintang tidak harus menjadi pemenang. Tapi jadilah sederhana dan penuh cinta kasih".

Mendengar kalimat tersebut, istri dan saya termenung. Kalimat itu sangat menyentuh hati kami, kalimat tersebut bukan untuk anak-anak tetapi mungkin lebih tepat untuk orang tua. Terimakasih untuk guru-guru sekolah minggu GKP Kebon Jati Bandung, semoga TUHAN memberkati pelayanan kalian.

"Selamat Natal 2011 dan Selamat Tahun Baru 2012"

Thursday, December 1, 2011

Bab 20 Toraja Dari Tower

Sejauh mata memandang ...

Pegunungan hijau membentang. Saya pandangi tanah Toraja. Dari tower telkom 30 meter di puncak tertinggi pegunungan. Serasa alam menyapa, bahkan memeluk erat tubuh ini. Barisan bukit hijau bernyanyi, diterangi cahaya pagi sang matahari.

Kekaguman kedahsyatan keindahan. Segala puji untuk alam Toraja. Saya tidak mau turun, ingin diatas tower ini selamanya. Nikmati sang penguasa keindahan dan berteriak "AKU bangga jadi Anak INDONESIA"

Bangkitlah negeri ku INDONESIA !!!

Tuesday, November 1, 2011

Bab 19 Jakarta Dari Tower

Jakarta dari tower 42 meter,

Cakung jakarta timur. Macet. Rumah kumuh. Jalan tol melintas. Antena tv di genteng rumah. Jemuran. Pejalan kaki. Orang naik angkot. Asap knalpot kendaraan hitam. Truk kontainer. Polusi udara. Jalan berlobang. Panas panas panas. Tak terlihat tuh pohon hijau.

Ya sudah, lebih baik turun dari tower. Saya mau manjat tower di Tanah Toraja Sulawesi.

Wednesday, October 5, 2011

Bab 18 Damai Poso #4/4

Ketika duduk di pesawat ketinggian 12.000 kaki, pikiran melintas seorang prajurit TNI saat di Poso yang berkata "Makasih Mas, saya bisa berkomunikasi dengan keluarga tanpa putus-putus" dengan menampakan wajah gembira beliau berkata kembali "Jelas sekali suara anak saya". Air mata ini menetes memandang awan putih melalui jendela pesawat.

"Selamat bertugas wahai prajurit-prajurit TNI dan Polri dimanapun kalian berada"
"Selamat HUT TNI ke 66, 5 Oktober 2011"

Saturday, October 1, 2011

Bab 17 Damai Poso #3/4

Misi komplit, sinyal GSM sudah bisa dinikmati warga Poso, terutama aparat TNI dan kepolisian yang semula menggunakan telepon satelit. Pada saat Bapak Yusuf Kalla tiba di Poso, saya sudah berada di pesawat ketinggian 12.000 kaki, melanjutkan perjalanan ke kota lain.

Damai Poso. Damai NEGERI ku INDONESIA.

Thursday, September 1, 2011

Bab 16 Yuk Makan

Serafina digendong 'Ratu Dongeng' Poetri Soehendro, penyiar pagi-pagi i-radio 89.6 FM Jakarta ketika acara Yuk Makan Edisi 2 di restauran Sandwich Bakar, kelapa gading, Juni 2009. Usia Serafina sekitar 8 bulan. Makasih ya Mba Poetri Bang Rafiq dan kru i-radio Ade 'Pentol Korek' Putra dan Nino Budiyanto atas undangan Yuk Makan ini.

Ayo tebak, Bang Rafiq dimana ?

...bersambung...

Monday, August 1, 2011

Bab 15 Supir Gila

Setelah pekerjaan pemasangan antena link di Manado selesai, saya dapat tugas ke Gorontalo. Saya menolak naik pesawat, ingin jalan darat. Saya ingin menikmati keindahan alam Manado. Ke travel mobil, pesan tiket. Rencana berangkat pukul 5 sore. Aneh juga harga tiket travel mobil di Manado, beda-beda, tergantung tempat duduk. Paling mahal duduk depan 90ribu rupiah, lalu tengah 70ribu rupiah dan termurah belakang 60ribu rupiah.

Mobil mulai meluncur, menyusuri pinggir laut, indah sekali laut di sore hari. Setelah 4 jam perjalanan, berhenti untuk istirahat dan makan malam sekitar pukul 9 malam. Direstauran itu ternyata tempat pemberhentian mobil-mobil travel lain. Selesai makan malam, mobil kembali jalan dengan berkonvoi, sekitar 6 mobil. Dimulailah ketegangan.

Dasar supir gila dan ini cuma ada di Manado. Saat konvoi 6 mobil, hanya mobil paling depan yang menyalakan lampu. Mobil deret ke dua sampai ke enam, matikan lampu. GILA GILA GILA !!! Saya sama saja berjalan dipinggir maut, pintu neraka terbuka lebar. Saya ada di mobil deret ke tiga. Kecepatan 100 km/jam, jarak antar mobil sejenggal jari tangan. Nempel banget karena cahaya hanya dari mobil paling depan.

Saya mual-mual, sering berkata "Bang awas" sambil pegangan dashboard, tutup mata, demikian juga penumpang yang lain. Anda bayangkan, 12 jam perjalanan seperti itu. Lebih gila, kadang mobil paling depan, tiba-tiba matikan lampu. Mobil dibelakang panik, langsung nyalakan lampu. Ampun deh. Saya super kapok naik travel lagi Manado - Gorontalo dan sebaliknya.

Friday, July 1, 2011

Bab 14 Damai Poso #2/4

...sambungan dari Bab 11 Damai Poso #1

Diterangi sorot lampu mobil. Melintas gelap hutan dan pegunungan. Ibu baik hati bercerita "Kita sudah 4 tahun meninggalkan Poso, ini pertamakali kita kembali. Saat kerusuhan, rumah dib***r, toko-toko dib***r, mobil dib***r bahkan saling memb***h". Saya mendengar cerita beliau dan jantung mulai berdetak cepat. Kiri kanan gelap, deretan pepohonan tinggi menambah seram isi cerita, saya takut. Ibu baik hati melanjutkan cerita "Toko pakaian kita dib***r, itu sebab kita mengungsi dulu ke jakarta". Lanjutnya dengan pandangan menoleh kebelakang dimana saya duduk "Kami ingin berdagang kain kembali di Poso". Selain itu juga bercerita kemarahannya terhadap kaum minoritas. Selama cerita selalu membela kaum mayoritas. Saya dalam hati berdoa "Ya Allah-ku jagalah hidupku".

Laju mobil kecepatan 73 km/jam. Rasa mengantuk hilang. Belok kanan. Belok Kiri. Naik. Turun. Ibu baik hati duduk ditengah, saya duduk dibelakang, sementara supir seorang diri didepan. Kami naik mobil kijang. Jantung terus berdetak. Dipikiran saya saat itu, takut diturunkan ditengah jalan. Kenapa ? Karena beliau belum tahu kalau saya kaum minoritas. Saya kuatir muncul kemarahan Ibu baik hati. Keyakinan kita beda. Coba bayangkan seandainya anda satu mobil dengan musuh dan anda berada di daerah konflik itu. Banyak cerita lain dari Ibu baik hati, tapi saya tidak berani menulis diblog ini. Perjalanan ini, momen puncak ketakutan saya sampai saat ini. Pintu kematian terbuka. Saya ingin cepat-cepat tiba di Poso.

Jarak Poso 20 km lagi. Pos TNI mulai terlihat, mobil kita diberhentikan. Diperiksa. Sepuluh kilometer lagi ketemu pos TNI. Hati mulai agak tenang. Ada 4 prajurit TNI baret hijau yang berjaga. Makin dekat ke Poso, giliran ibu baik hati yang takut dan kuatir. Subuh kita tiba di Poso, ternyata aman terkendali. Si ibu meminta saya tinggal di rumah sementara, menunggu matahari terbit. Tapi saya tolak dengan halus, Ibu yang baik itu meminta supir untuk mengantar saya ke penginapan.

Andai anda di posisi saya, dalam perjalan Ibu baik hati bertanya "Agama kamu apa de ?" Apa jawab anda ? Adakah keberanian mempertahankan iman anda ?

Untuk Ibu yang baik hati. Terimakasih atas tumpangannya. Beruntung saya memiliki wajah seperti orang 'Irak' sehingga Ibu baik hati itu mungkin menganggap saya kaum mayoritas. Semoga usaha jualan kain Ibu, sukses di Poso.

Wednesday, June 1, 2011

Bab 13 Kampus Evakuasi #2/2

Mei 1998, oleh tim relawan dan mahasiswa fakultas kedokteran, Hall B Gedung B, disulap jadi ruang perawatan, dengan peralatan dan obat-obat yang super lengkap. Andai anda pembaca menyaksikan semua itu, pasti hati anda bergetar. Itu dilakukan sebelum Presiden Soeharto jatuh. Jadi bayangkan deg-degkan jantungnya tim relawan dan mahasiswa kedokteran saat itu, bahkan Pak Frans Seda sampai dipanggil oleh pihak intelijen. Ditanya tentang peralatan kedokteran yang lengkap di Atmajaya, jawab Pak Frans "Karena kalian menghadang demonstrasi menggunakan senjata lengkap".

Untuk kawan kawan tahun 1998, kalian adalah GHOST, tak akan tercatat di buku sejarah, tetapi di hati ini.

Untuk Pak Frans Seda, Rest in peace. Semangat dan inspirasi Bapak luar biasa.

Untuk Rakyat Indonesia, terimakasih tak terhingga atas dukungannya. Kalian selalu berada dibelakang kami, ditengah kami dan didepan kami. Apakah gerakan mahasiswa 1998 membawa bangsa Indonesia menjadi lebih maju atau mundur, waktu yang akan menjawabnya kelak.

Sunday, May 1, 2011

Bab 12 Kampus Evakuasi #1/2

Suatu malam tahun 1999 menjelang sidang umum MPR, polisi masuk kampus. Berjaga-jaga. Beberapa mahasiswa kebingungan apa yang dilakukan polisi didalam kampus. Bukankah polisi dan TNI tidak boleh masuk kampus ! Besok pagi mahasiswa protes ke pihak rektorat dan yayasan. Diadakanlah pertemuan antara antivis kampus dan pihak rektor dan yayasan. Hadir disana Pak Frans Seda.

Pak Frans Seda menjelaskan "Bahwa kampus diinfokan akan diserang oleh pihak lain, oleh karena itu kami mengundang polisi untuk menjaga keamanan dan ancaman". Kata Pak Frans "Kampus ini dibangun dengan susah payah, kita harus menjaganya". Beberapa mahasiswa mengeluarkan pendapat dan argumen sehingga terjadi dialog. Dalam dialog tersebut, Pak Frans menyatakan bahwa kita akan membangun monumen atau tugu untuk mengenang peristiwa semanggi yang menelan korban jiwa mahasiswa dan rakyat.

Lalu seorang mahasiswa menanggapi,"Kita hanya mahasiswa. Bukan siapa-siapa, RAKYAT pejuang sesungguhnya". Lanjut mahasiswa tersebut, "Kita hanya ingin dikenang sebagai kampus evakuasi, kampus kemanusiaan, bukan kampus reformasi". Mendengar itu, kita semua tertegun. Itulah mengapa sampai detik ini tidak ada monumen atau tugu peristiwa semanggi, yang ada adalah kisah keteguhan hati, kisah keberanian dan kisah kemanusiaan. Itulah tempat kuliah saya. ATMAJAYA.

Friday, April 1, 2011

Bab 11 Damai Poso #1/4

Deg-degkan ke Poso Sulawesi Tengah. Rusuh dan pertikaian. Saya ke sana dalam rangka persiapan kedatangan Pak Yusuf Kalla, saat itu Menteri Kesejahteraan Rakyat, dalam rangka memberi sumbangan kendaraan operasional puskesmas, mobil polisi dan obat. Jaringan GSM belum ada, saya mempersiapkan itu. Oh ya, jangan berpikir saya orang penting ya. Saya hanya tukang panjat tower. Dan bagian kecil dari beberapa tim.

Saya berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, pukul 7 pagi wib, naik penerbangan Jakarta - Palu, tapi transit di Makasar. Tiba di Makasar pukul 9.30 wit. Ternyata mengalami delay saat akan lanjut ke Palu. Alasan gangguan operasional. Para penumpang diistirahatkan di hotel. Bermacam profesi kumpul, ada polisi, PNS, mahasiswa, pedagang, pengusaha kecil. Usia 20an sampai 60an, sekitar 14 penumpang. Kita jadi akrab dan berbagi cerita. Lama juga delay, sampai pukul 5 sore kita masih di hotel. Mulai kesel semua penumpang. Si polisi ngusulin "Gimana kalau kita bikin tenda ditengah bandara aja, pasti diliput media dan terkenal, tapi setelah itu siap disel".

Pukul 8 malam take off ke Palu. Tiba di Palu pukul 10 malam, turun pesawat ambil bagasi. Keluar bandara. Saya bingung juga. Nginap satu malam dulu di Palu atau langsung ke Poso. Jarak Palu - Poso ditempuh 4 jam. Tiba-tiba seorang Ibu baik hati, satu pesawat bersama saya, menegur "De, mau ke poso ya ?". Saya jawab "Ya Bu, tapi saya bingung". Jawab Ibu baik hati "Bareng Ibu aja, Ibu juga ke Poso dan hanya berdua. Ibu dijemput". Akhirnya saya iya'kan ajakan Ibu baik hati karena terdesak waktu meng-on air-kan sinyal GSM di Poso.

...bersambung ke Bab 14 Damai Poso #2/4

Tuesday, March 1, 2011

Bab 10 Jakarta - Bandung

Berikut cerita ter'update saya, selingan supaya tak bosan baca tentang cerita masa lalu.

Sudah satu tahun ini harus bolak balik Jakarta - Bandung. Saya kerja di Jakarta, masih manjat tower, sementara bulan Agustus tahun 2009 lalu, istri dan anak menetap di Bandung. Istri diterima jadi dosen di fakultas kedokteran gigi salah satu universitas swasta di kota Bandung, yaitu Universitas Kristen Maranatha. Jumat malam saya meluncur ke Bandung, bertemu keluarga, lalu Senin pagi merapat lagi ke Jakarta. Saya ingin mengutip kalimat salah satu penyiar radio di Jakarta "Ayah weekend dan suami weekend". Sedih banget dengar komentar penyiar tersebut tetapi itu merupakan tantangan bagi saya yang ditimpuk oleh penyiar tersebut. Dalam hati ku berdoa "Sabar ya anak ku, nanti ayah akan pindah ke Bandung. Amin.".

Tuesday, February 1, 2011

Bab 9 Balik Kampus #2/2

sambungan dari Bab 7 Balik Kampus #1.

Setelah bicara dengan Manager, saya datang ke HRD untuk resign, ingin selesain kuliah yang tertunda. Kata Ibu HRD "Ya sudah, kamu boleh balik kampus lagi karena tinggal skripsi saja" Lanjutnya "Tapi kamu TIDAK boleh resign, kami beri kamu cuti hamil 3 bulan". Katanya kemudian "Setelah lulus kuliah, kamu kembali bekerja disini dan kamu satu-satu'nya karyawan laki-laki yang dapat cuti hamil". Busyet deh, diberi hak cuti hamil, saya terbengong-bengong. Kata saya "Makasih Bu atas kesempatan kelak yang diberikan".

Satu bulan kemudian saya sudah berada di kampus, bergelut dengan skripsi. 3 bulan kemudian sidang skripsi dan lulus Maret 2002. Terimakasih atas segala dukungan para dosen, keluarga, khususnya Mama dan Papa, Kakak dan Adik, keluarga, sahabat-sahabat dan atasan saya di perusahaan awal saya bekerja, Bapak UN dan Ibu IC. Tak lupa mantan pacar, juga Alpa dan Omega, Thank GOD.