Friday, July 1, 2011

Bab 14 Damai Poso #2/4

...sambungan dari Bab 11 Damai Poso #1

Diterangi sorot lampu mobil. Melintas gelap hutan dan pegunungan. Ibu baik hati bercerita "Kita sudah 4 tahun meninggalkan Poso, ini pertamakali kita kembali. Saat kerusuhan, rumah dib***r, toko-toko dib***r, mobil dib***r bahkan saling memb***h". Saya mendengar cerita beliau dan jantung mulai berdetak cepat. Kiri kanan gelap, deretan pepohonan tinggi menambah seram isi cerita, saya takut. Ibu baik hati melanjutkan cerita "Toko pakaian kita dib***r, itu sebab kita mengungsi dulu ke jakarta". Lanjutnya dengan pandangan menoleh kebelakang dimana saya duduk "Kami ingin berdagang kain kembali di Poso". Selain itu juga bercerita kemarahannya terhadap kaum minoritas. Selama cerita selalu membela kaum mayoritas. Saya dalam hati berdoa "Ya Allah-ku jagalah hidupku".

Laju mobil kecepatan 73 km/jam. Rasa mengantuk hilang. Belok kanan. Belok Kiri. Naik. Turun. Ibu baik hati duduk ditengah, saya duduk dibelakang, sementara supir seorang diri didepan. Kami naik mobil kijang. Jantung terus berdetak. Dipikiran saya saat itu, takut diturunkan ditengah jalan. Kenapa ? Karena beliau belum tahu kalau saya kaum minoritas. Saya kuatir muncul kemarahan Ibu baik hati. Keyakinan kita beda. Coba bayangkan seandainya anda satu mobil dengan musuh dan anda berada di daerah konflik itu. Banyak cerita lain dari Ibu baik hati, tapi saya tidak berani menulis diblog ini. Perjalanan ini, momen puncak ketakutan saya sampai saat ini. Pintu kematian terbuka. Saya ingin cepat-cepat tiba di Poso.

Jarak Poso 20 km lagi. Pos TNI mulai terlihat, mobil kita diberhentikan. Diperiksa. Sepuluh kilometer lagi ketemu pos TNI. Hati mulai agak tenang. Ada 4 prajurit TNI baret hijau yang berjaga. Makin dekat ke Poso, giliran ibu baik hati yang takut dan kuatir. Subuh kita tiba di Poso, ternyata aman terkendali. Si ibu meminta saya tinggal di rumah sementara, menunggu matahari terbit. Tapi saya tolak dengan halus, Ibu yang baik itu meminta supir untuk mengantar saya ke penginapan.

Andai anda di posisi saya, dalam perjalan Ibu baik hati bertanya "Agama kamu apa de ?" Apa jawab anda ? Adakah keberanian mempertahankan iman anda ?

Untuk Ibu yang baik hati. Terimakasih atas tumpangannya. Beruntung saya memiliki wajah seperti orang 'Irak' sehingga Ibu baik hati itu mungkin menganggap saya kaum mayoritas. Semoga usaha jualan kain Ibu, sukses di Poso.