Saturday, December 1, 2012

Bab 25 SUPERTEAM

Terbang ke Balikpapan. Mengerjakan proyek BTS di kantor perusahaan minyak asal Prancis. Urus ijin di gerbang, lalu ke lokasi tower yang jalannya menanjak. Ternyata ada perumahan karyawan elite. Sepanjang jalan, ternyata sinyal GSM blank, kayak di jaman batu, pantesan mereka komplen dan ingin agar sinyal GSM ada.

Pertamakali, sebelum panjat tower, saya dan 2 orang teman diperiksa oleh dokter. Dicek tekanan darah. Ternyata saya dilarang naik tower karena tekanan darah lagi rendah. Konsep SAFETY FIRST benar-benar diutamakan. Sebelum panjat tower, tool dan sepatu kita diperiksa harus sesuai standar perusahaan minyak itu.

Jam 12 siang, 2 orang teman masih di tower. Tiba-tiba datang team safety, mengingatkan saya dan 2 teman untuk turun dari tower. Kata saya "Pak, kita dikejar-kejar target, apa tidak bisa diteruskan". Kata tim safety "Tidak boleh, semua harus turun". Setelah teman-teman sampai dibawah, tim safety berkata "Disini, waktu istirahat, harus istirahat, tidak boleh bekerja. Lanjutnya "Kita tidak butuh superman tetapi kita butuh SUPERTEAM".

Monday, October 1, 2012

Bab 24 Reuni Ibu Guru

Ibu ku seorang guru, mengajar bahasa inggris di SMAN 27 Salemba Jakarta Pusat. Tahun 2007 pensiun. Pengabdian 27 tahun bagi anak negeri ini. Perkembangan jejaring sosial internet memberi dampak kepada ibu. Semua orang bisa terhubung. Pertemanan semasa SD, SMP, SMA, Universitas dan banyak lagi, telah dipersatukan oleh Facebook.

Sejak maraknya Facebook, ibu sering diundang untuk temu alumni murid-murid SMAN 27. Dari telah lulus 10 tahun lalu sampai 20 tahun lalu. Dari lokasi di sekolah sampai restauran dan alam terbuka. Saya sering mengantar ibu ketempat pertemuan hanya menggunakan motor. Sementara mobil-mobil berderet diparkiran, yang dipunyai anak muridnya di SMAN 27. Saya melihat ibu menangis meneteskan air mata, saat mantan murid-muridnya menyalami dan mencium tangan ibu. Kata ibu "Kalian sudah sukses, tetapi yang belum juga ada, Ibu tetap bangga pada kalian semua, murid-murid Ibu".

Diakhir acara biasanya Ibu diberi cenderamata oleh panitia atau amplop berisi sejumlah uang. Setiap amplop yang dibuka, Ibu selalu mengucap syukur bahwa mereka masih ingat Ibu. Dari cerita Ibu saya menyimpulkan semakin tua angkatan yang mengundang, semakin tebal isi amplop yang diterima Ibu.

Terimakasih kepada abang-abang dan kakak-kakak alumni SMAN 27 yang masih mengingat Ibu Marintan Siregar.

Sunday, April 1, 2012

Bab 23 Lahan Tiga Istri

Jika anda memiliki istri lebih dari satu, jangan lupa membuat WARISAN terhadap harta anda. Baik bergerak dan tidak bergerak. Sebidang tanah bisa menjadi pertumpahan darah, bukan dengan orang lain, tapi sesama saudara. Beberapa lahan yang disewakan untuk pembangunan BTS, menemukan hal tersebut.

Entah siapa yang benar !!!

Mereka saling mengakui bahwa lahan tersebut warisan'nya. Saling membawa pengacara. Ujung-ujung'nya keributan.

Dihadapan saya menangis seorang ibu. Beberapa tahun lalu, pertamakali kontrak lahan dengan ibu tersebut, istri ke tiga. Tapi kontrak lahan sudah direbut oleh keluarga lain saat perpajangan kontrak. Ibu itu bercerita apa yang terjadi, kata sih ibu "Saya sudah janda, dulu saya yang mengurus suami saat sakit, mereka tidak peduli". Saya hanya bisa mendengar saja. Semoga ada solusi terbaik untuk pihak yang bertikai.

Thursday, March 1, 2012

Bab 22 Tukang Gali

Proyek optik diberhentikan warga. Pihak RT/RW dan kelurahan mengadakan pertemuan. Berikut kalimat Paijo dihadapan warga setempat.

"Bapak-bapak yang terhormat. Saya adalah warga negara Indonesia. Mencari makan untuk anak istri keluarga. Kami mendapat pekerjaan dari operator telekomunikasi. Pihak operator membuka banyak lapangan pekerjaan. Tapi saat ini, pekerjaan kami diberhentikan oleh Bapak-bapak sekalian. Saya hanyalah tukang gali tanah. Saya tidak tahu undang-undang yang Bapak-bapak sampaikan. Mungkin Bapak-bapak menuntut kompensasi sejumlah uang. Yang saya tahu, kita beratap langit sama, berdiri di tanah ibu pertiwi yang sama tetapi saling menghancurkan, saling memalak. Anak istri saya, menangis saat ini, karena ayahnya pulang tidak membawa uang. Pekerjaan kita belum selesai. Hidup anak-anak dan istri kami, ada ditangan Bapak-bapak semua yang hadir disini"